Satu hari pada Desember tahun lalu. Fatimah tengah asyik mematut diri di depan cermin dalam Topshop, salah satu toko bermerek di Kota Makkah, Arab Saudi. Jaraknya tidak sampai seratus meter dari Kabah. Model papan atas Kate Moss menjadi perancang tamu buat koleksi Topshop.
Ibu rumah tangga berusia 20-an tahun ini sedang bingung memutuskan apakah memilih singlet berbahan sutera warna merah muda atau blus berkerah rendah. Dia sibuk mencocokkan kedua pakaian itu di atas abaya hitamnya itu.
Teman perempuannya meminta dia bergegas karena sebentar lagi azan berkumandang dari Masjid Al-Haram. Sang teman segera menggesekkan kartu visanya setelah cocok dengan celana jins dan kaca mata gelap. Namun Fatimah masih berat meninggalkan toko itu lantaran sudah setahun dia menunggu bisa ke sana. "Toko ini mau tutup," katanya beralasan, seperti dilansir majalah the Atlantic, Selasa pekan lalu. "Kamu bisa salat kapan saja."
Makkah memang telah bersalin rupa. Dari gurun gersang berdebu kini menjadi surga belanja. Perubahan itu berlangsung setelah Saudi menjadi anggota WTO (Organisasi Perdagangan Dunia) pada 2008. Konsekuensinya, Negeri Dua Kota Suci itu mesti membuka peluang investor asing di bidang ritel.
Maka berduyun-duyunlah merek-merek kondang di dunia fesyen menghiasi pusat-pusat belanja di Makkah. Selain Topshop, Starbucks, The Body Shop, dan Tiffany & Co., para jamaah haji dan umrah kalau memang berfulus tebal bisa menjajal produk kosmetik MAC, parfum VaVaVoom, dan Claire's Accessories. H&M dan Cartier juga bakal menyusul membuka gerai di Makkah.
"Semua merek terkenal bakal tumplek di sini," ujar John Sfakianakis, ketua tim ekonom SABB (the Saudi Arabia British Bank). Ini merupakan salah satu bank perkreditan terbesar di Saudi. Mereka telah menggelontorkan USD 30 miliar atau setara Rp 292,4 triliun untuk menjadikan Makkah sebagai megapolitan dalam empat tahun ke depan.
Nantinya, 130 gedung pencakar langit baru, termasuk kompleks Abraj al-Bait (terdiri dari tujuh menara). bakal menyelimuti Makkah. Tiap menara terdiri dari 60 lantai, hotel berisi dua ribu kamar, aula bisa menampung hingga 1.500 orang, dua garasi helikopter, dan mal empat lantai buat 600 gerai. Alhasil, Paris, Milan, New York, dan Hong Kong bakal kelewat.
Rupanya memang ini tujuan Saudi menjadikan Makkah sebagai megapolitan. "Berhaji
merupakan kesempatan bagus mengunjungi Makkah dan Madinah, berbelanja, dan berwisata," ujar Wakil Menteri urusan Kota dan Desa Habib Zainal Abidin.
Perubahan wajah Makkah menjadi lebih modern dan gemerlap dipastikan bakal menggoda niat beribadah umat Islam. Jangankan yang datang dari jauh buat berhaji atau berumrah. Penduduk Saudi macam Fatimah saja terlena berbelanja ketimbang salat di tempat paling suci bagi umat Islam itu. Busana trendi lebih memikat hati ketimbang seratus ribu pahala dijanjikan Allah.
Ibu rumah tangga berusia 20-an tahun ini sedang bingung memutuskan apakah memilih singlet berbahan sutera warna merah muda atau blus berkerah rendah. Dia sibuk mencocokkan kedua pakaian itu di atas abaya hitamnya itu.
Teman perempuannya meminta dia bergegas karena sebentar lagi azan berkumandang dari Masjid Al-Haram. Sang teman segera menggesekkan kartu visanya setelah cocok dengan celana jins dan kaca mata gelap. Namun Fatimah masih berat meninggalkan toko itu lantaran sudah setahun dia menunggu bisa ke sana. "Toko ini mau tutup," katanya beralasan, seperti dilansir majalah the Atlantic, Selasa pekan lalu. "Kamu bisa salat kapan saja."
Makkah memang telah bersalin rupa. Dari gurun gersang berdebu kini menjadi surga belanja. Perubahan itu berlangsung setelah Saudi menjadi anggota WTO (Organisasi Perdagangan Dunia) pada 2008. Konsekuensinya, Negeri Dua Kota Suci itu mesti membuka peluang investor asing di bidang ritel.
Maka berduyun-duyunlah merek-merek kondang di dunia fesyen menghiasi pusat-pusat belanja di Makkah. Selain Topshop, Starbucks, The Body Shop, dan Tiffany & Co., para jamaah haji dan umrah kalau memang berfulus tebal bisa menjajal produk kosmetik MAC, parfum VaVaVoom, dan Claire's Accessories. H&M dan Cartier juga bakal menyusul membuka gerai di Makkah.
"Semua merek terkenal bakal tumplek di sini," ujar John Sfakianakis, ketua tim ekonom SABB (the Saudi Arabia British Bank). Ini merupakan salah satu bank perkreditan terbesar di Saudi. Mereka telah menggelontorkan USD 30 miliar atau setara Rp 292,4 triliun untuk menjadikan Makkah sebagai megapolitan dalam empat tahun ke depan.
Nantinya, 130 gedung pencakar langit baru, termasuk kompleks Abraj al-Bait (terdiri dari tujuh menara). bakal menyelimuti Makkah. Tiap menara terdiri dari 60 lantai, hotel berisi dua ribu kamar, aula bisa menampung hingga 1.500 orang, dua garasi helikopter, dan mal empat lantai buat 600 gerai. Alhasil, Paris, Milan, New York, dan Hong Kong bakal kelewat.
Rupanya memang ini tujuan Saudi menjadikan Makkah sebagai megapolitan. "Berhaji
merupakan kesempatan bagus mengunjungi Makkah dan Madinah, berbelanja, dan berwisata," ujar Wakil Menteri urusan Kota dan Desa Habib Zainal Abidin.
Perubahan wajah Makkah menjadi lebih modern dan gemerlap dipastikan bakal menggoda niat beribadah umat Islam. Jangankan yang datang dari jauh buat berhaji atau berumrah. Penduduk Saudi macam Fatimah saja terlena berbelanja ketimbang salat di tempat paling suci bagi umat Islam itu. Busana trendi lebih memikat hati ketimbang seratus ribu pahala dijanjikan Allah.
No comments:
Post a Comment